Jumat, 22 Juni 2012

Lupakan Analisis Teknikal dan Fundamental, Pemilik Uanglah yang Menguasai Market



Yakin deh… pasti banyak yang mengernyitkan dahi ketika baca judul artikel ini. Yah, mungkin sedikit nyerempet dan mengingatkan anda pada judul buku pertama Robert T. Kiyosaki yang menimbulkan kontroversi  Memang saya sengaja sih…  Hehehe… Ok deh… terlepas dari protes yang mungkin anda siap-siap luncurkan, yang pertama terlintas di benak anda pasti adalah pertanyaan penuntutan pembuktian: “Kok bisa?” Bagi anda yang mengakutechnicalist, mohon maaf sebelumnya  Saya ingin sekedar mengingatkan, bahwa analisis yang selama ini anda tekuni itu berdasarkan pada data masa lalu yang coba akan digunakan untuk melihat kecenderungan yang terjadi di masa datang. 

Nah, pertanyaannya adalah: apakah analisis tersebut “selalu” akurat? Bagi anda yang mengaku fundamentalist, mohon maaf juga sebelumnya  Saya hanya sekedar mengingatkan, bahwa analisis yang selama ini anda cermati itu berdasarkan pada “harapan” akan reaksi market secara keseluruhan terhadap news yang berhubungan dengan matauang negara yang berhubungan dengan news tersebut.Pertanyaannya sama: apakah analisis tersebut “selalu” akurat? Ok, ok… mungkin anda siap mengajukan pembelaan, bahwa yang namanya analisis itu yang gak mungkin akurat 100 persenlah, pasti ada derajat keyakinan tertentu yang melandasi analisis tersebut. 

Percaya deh… saya paham gejolak penolakan yang terjadi dalam diri anda terhadap pernyataan judul di atas, karena saya merasakan hal yang sama juga saat partner diskusi saya pertama kali menyatakan hal tersebut. Terus terang sebagai seorang trader (yang mengaku)technicalist murni, saya rada tersinggung kalo dikatakan analisis teknikal akan tidak berdaya saat menghadapi “kekuatan nyata” yang menggerakkan market, yaitu: pemilik uang! Mungkin kita perlu mengingat kembali pada hakekat dasar sebuah market. Siapa yang menentukan harga sebuah produk di market? Kalo dikembalikan kepada teori dasar ekonomi mikro, itu tergantung jenis marketnya. Kalo marketnya adalah monopoli, harga akan ditetapkan oleh penjual. Kalo pasarnya monopsoni, harga akan ditetapkan oleh pembeli dankalo pasarnya adalah persaingan sempurna, harga akan ditetapkan melalui mekanisme pasar: tarik menarik atau bargaining power antara penjual dan pembeli.Teori dasar ini berlaku juga di  market forex  

Siapa sih sebenernya yang menentukan harga bakalan naik atau turun? Ya kekuatan buyer dansellerBuyer lebih kuat, harga akan naik. Seller lebih kuat, harga akan turun. Trus, apa yang menentukan “kekuatan” buyer dan seller itu? Ya jelaslah: kekuatan atau daya beli/jualnya, alias modal atau uang. Kekuatan buyer dan seller bukan ditentukan oleh jumlahtrader yang melakukan masing-masing aksi  buy dan sell tersebut, tetapi oleh seberapa banyak uang yang terlibat dalam transaksi tersebut. Seribu trader yang melakukan aksisell GBP/USD akan percuma menurunkan harga pair tersebut kalo masing-masing “hanya” bertransaksi 1 lot dan di lain pihak terdapat 10 trader melakukan aksi buy dengan kekuatan transaksi masing-masing 1000 lot.

So, tidak peduli berdasarkan hasil olahan data masa lalu misalnya “seharusnya” GBP/USD turun, kalau kekuatan buyer lebih besar… ya harga akan naik. Dengan kata lain: pemilik uanglah yang menentukan arah market. Begitulah “nasib” technicalist… hihihi…  susah-susah melakukan analisis, ternyata di market kalah dengan pemilik uang yang bermain di pairtersebut. Walahh… Trus, bagaimana dengan para fundamentalist? Yah, sama aja sih… Susah-susah mereka melakukan analisis terhadap berita yang akan muncul, akan kalah juga dengan kekuatan pemilik uang yang masuk market di saat tersebut. Kalopun dari hasil analisis efek news mengatakan “seharusnya” suatu pair akan turun karena dampak dari suatu news, kalo memang lebih kuat pelaku buy di pair tersebut, ya harga akan didorong naik. 

Contoh kasus bagaimana kekuatan uang dapat menggerakkan market, bahkan mempengaruhi perekonomian sebuah negara adalah tindakan George Soros yang pernah mengguncang perekonomian Inggris dengan memainkan poundsterling kurang lebih 15 tahun yang lalu. Hal seperti ini memang untuk saat ini agak sulit untuk kembali dilakukan oleh individu, karena pelaku besar di market forex alias “Big Boss” sekarang tidak hanya dipegang oleh satu pihak. Tapi bagaimanapun, kasus tersebut jelas menunjukkan bahwa dengan kekuatan uang dalam jumlah yang mampu menggerakkan market, satu pihak bisa mempengaruhi perekonomian sebuah negara, yang bukan tidak mungkin efeknya akan merembet ke negara-negara di seluruh dunia. Kalau mau dibikin lugasnya, di market forex senyatanya, uanglah yang berkuasa, bukan hasil olahan teknikal maupun fundamental  

Lah, trus gimana dong? Apa yang harus kita lakukan sebagai trader “kelas teri” ? Weh, jangandesperate githu dong ahh… hehehe…  Terus terang, pertanyaan itu juga saya lontarkan di akhir diskusi saya dengan partner saya itu. Dia bilang: yah, apa boleh buat sih… kalo kita memang gak punya modal untuk menggerakkan market, ya mau nggak mau kita harus mengikuti saja arah yang dipilih oleh para pemilik modal tersebut. 
Bagaimana caranya? Kita bisa mengandalkan ilmu warisan nenek moyang, yaitu “ilmu titen”. Welehh… apa pula ilmu titen itu? Iya, itu ilmu untuk selalu memahami “pertanda” yang ada dimarket. Wah, apa pula “pertanda” itu? Jangan-jangan klenik nih… hihihi… Bukan kok, santai ajah  

Pertanda paling nyata yang ada di market adalah candlestick  Rajin-rajinlah menyimak bentuk-bentuk candlestick (plus chart pattern) yang muncul, karena candlestick ini adalah cerminan kekuatan buyer dan seller yang menggerakkan market. Meskipun sebagaimana indikator lainnya yang pasti punya juga kelemahan, tetap saja untuk menggambarkan kekuatan buyer-seller di market, candlestick paling bisa diandalkan ketimbang indikator lainnya yang berbeda peruntukkannya seperti misalnya MACD, MA maupun indikator favorit saya Fibonacci  Nah kaan… ujung-ujungnya kembali lagi ke indikator dasar:candlestick. Hehehe… iya begithulah…  Simple kan?  Jadi sebenernya gak usah dibikin ruwet kok